Jumat, 16 Oktober 2009

KEAGUNGAN TUHAN DALAM HIDUP ANTO JADUL

Malam berlalu begitu cepat... Tiada terasa waktu telah menunjukkan pukul 00.49 ketika terakhir Mas Anto berkirim kabar bahwa ia akan boarding menuju Ternate seperti yang telah diceritakan olehnya beberapa hari sebelumnya. Penulis masih menyunting beberapa konsep kisah-kisah Mas Anto yang dari seminggu sebelumnya telah dipersiapkan, tentunya hanya berupa sedikit edit-an dalam gaya bahasa tanpa sedikitpun mengurangi atau menambah esensi cerita yang meluncur dari Mas Anto sendiri, karena beliau sama sekali tidak berkenan jika kisah hidupnya ditulis tidak sesuai dengan kenyataan yang pernah ia alami…
Tanpa terasa karena mengantuk, penulis akhirnya tertidur setelah kurang lebih beberapa menit selesai mengerjakan editan hasil interpiu dengan Mas Anto hingga detik-detik terakhirnya sebelum boarding.
Bunyi tanda pesan singkat di ponsel yang cukup keras membangunkan penulis dengan terkaget-kaget. 1 pesan baru,…dari Mas Anto. Waktu menunjukkan pukul 03.15 dini hari….
“Pesawat saya rusak, balik lagi ke Jakarta jadinya. Doakan saya ya…”.
Isi pesan tersebut cukup mengejutkan penulis. Penulis pun membalas pesan singkat itu, “Lho, pesawatnya rusak bagaimana, Mas..?”
Beberapa saat setelah pesan tersebut terkirim, Mas Anto tanpa diduga langsung menelepon saya.
“Pesawat saya hampir kena kecelakaan, Mbak… Kaca depan di bagian kokpitnya retak,… Baru satu jam saya take off dari bandara, itu kaca depan sudah retak-retak… Selama satu jam itu rata-rata penumpang lainnya pada panik semua,… Alhamdulillah di tengah kepanikan itu pesawat bisa bertahan untuk berputar balik ke Jakarta dalam kondisi seperti itu. Mbak bayangkan, lah, jika keretakan itu terus membesar selama dalam perjalanan,… Bisa-bisa pesawat akan meledak karena tekanan udara yang masuk ke dalam pesawat…
Subhanallah…, Mbak, ternyata saya masih dilindungi oleh Allah,… semua itu berkat doa dari teman-teman dan juga shalat tahajud yang dilakukan istri saya sebelum berangkat… Subhanallah, kejadian ini hampir serupa dengan apa yang pernah saya alami beberapa tahun lalu, waktu saya masih jadi tukang parkir aja… Pengalaman yang paling berkesan dan takkan terlupakan, yang mulai mengubah hidup saya menjadi semakin meyakini kuasa Allah…”, tidak sedikitpun tergurat nada ketakutan atau kepanikan dalam suaranya layaknya orang yang baru saja mau kena musibah. Justru yang kini terdengar adalah semangatnya untuk berbagi pengalaman hidupnya kembali…”
“Kejadian seperti apakah itu, Mas…?”
“ Begini, Mbak, waktu itu, tiga tahun yang lalu, saat saya masih sibuk markir di tempat biasa saya mangkal, suatu hari datanglah seorang bapak berusia paruh baya dengan sepeda motor model sport di tempat parkir saya. Bapak itu kelihatan habis mengalami sesuatu, terlihat dari napasnya yang terengah-engah dan tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah. Celana panjangnya terlihat agak kotor dengan sedikit sobekan di bagian dengkul.
‘Alhamdulillah, saya baru ketabrak mobil,… Alhamdulillah…’, begitu ucapnya berulang-ulang. Saya yang mendengarnya jelas jadi bingung, lha wong habis ketabrak mobil kok masih ngucap Alhamdulillah, sih…?
‘Alhamdulillah, saya ketabrak mobil tadi,…’, begitu ucapnya berulang-ulang. Karena penasaran, saya dekati bapak itu.
‘Gimana ceritanya, sih, pak…?’
Bapak itu kemudian bercerita bahwa ia baru saja mengalami kecelakaan dalam perjalanannya menuju tempat parkir saya. Ketika ia sedang berkendara, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berkecepatan tinggi yang menabrak bapak itu, dan bisa dibayangkan bagaimana akibatnya. Bapak itu dan sepeda motornya sama-sama terlempar sejauh puluhan meter, namun herannya sang bapak malah baik-baik saja dan motornya juga samasekali tidak mengalami kerusakan apapun. Justru malah sang penabrak alias mobil tersebut yang parah, bannya meledak tiba-tiba.
‘Bapak kok sakti amat, … Punya ilmu kanuragan apaan, sih..?’ tanya saya dengan polosnya.
‘Saya enggak punya ilmu apa-apa, mas…cuma tadi saya pas naik motor sambil nyanyi-nyanyi shalawatan aja,kok…’
Batin saya dalam hati, ya bener aja lah, ini bapak-bapak kan udah tua, masak sih mau nyanyi lagu-lagunya Agnes Monica, hehehe….
Namun setelah bapak itu menitipkan motornya kepada saya, mulailah saya merenungkan kejadian itu.
‘Subhanallah, hanya dengan bersenandung shalawat saja Allah sudah melindungi hambaNya, itu kan kejadian enggak masuk akal…betapa dahsyatnya kekuatan doa itu…’
Setelah kejadian hari itu, perlahan-lahan hidup saya mulai berubah. Dimana saya berjalan, merokok, tiduran, saya selalu menyebut asma Allah yang saya bisa, kecuali bila sedang berkomunikasi dengan orang lain.
Semenjak hari itu juga saya enggak pernah melamun, pada setiap langkah kaki dan kayuhan sepeda yang saya jalankan, saya selalu membaca shalawatan yang saya bisa…
Dan dari kejadian itu jugalah saya juga selalu merasakan keagungan Allah dalam perjalanan saya. Seperti saat saya naik sepeda, pernah saya beberapa kali hampir tertabrak karena kelelahan, tapi seperti ada yang membelokkan setang sepeda saya hingga saya selamat…
Hari ini pun saya kembali merasakan perlindungan Allah yang nyata dalam hidup saya…Hampir saja saya mengalami kecelakaan jika saja Allah tidak melindungi kami semua dalam penerbangan balik menuju Jakarta. Karena itulah, Mbak, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah mendoakan dan mendukung saya selama ini: anak-anak dan istri saya, teman-teman penggemar Riwajatmoedoeloe, dan semua pecinta sejarah Indonesia…”
“Subhanallah, Mas…Anda membuat saya semakin percaya akan kuasa Allah yang Maha Besar…”
“Semoga apa yang saya alami hari ini bisa dibagikan kepada kawan-kawan yang lain agar mereka juga bisa merasakan nikmatnya hidup dalam perlindungan Allah seperti ini… Eh,…maaf nih, saya cuma bisa cerita segitu aja, nanti kalau Mbak pengen lihat liputan tentang kejadian ini, kru Riwajatmoedoeloe yang serombongan dengan saya sudah mendokumentasikannya, kok. Mungkin bisa dilihat di Kabar Pagi. Oke, terima kasih ya, mohon doanya lagi agar penerbangan saya yang nanti bisa mengantarkan saya selamat sampai tujuan… Assalamualaikum..,”
“Wa'laikumsalam…”, pembicaraan pun diakhiri. Tinggalah penulis menunggu reportase kejadian tersebut di Kabar Pagi TvOne sesuai apa yang dikatakan Mas Anto. Namun sayang, setelah penulis menunggu dengan penasaran, memang akhirnya liputan tentang insiden tersebut benar adanya diliput oleh kru TvOne, tetapi Mas Anto sebagai salah satu penumpang pesawat Batavia Air jurusan Jakarta-Ternate tersebut malah tidak menampakkan diri. Justru sang reporter mewawancarai dua penumpang lain yang sama sekali tidak dikenal penulis.
Mungkin benar adanya seperti apa yang pernah dikatan Mas Anto: saya hanyalah seorang tukang parkir yang kebetulan bisa masuk TV… Dalam momen dimana beliau berada diantara para penumpang yang harap-harap cemas akan hidup-mati mereka diatas udara dengan keadaan pesawat yang membawa mereka kembali teringat akan nama Tuhannya, Mas Anto justru menyembunyikan diri, menghindari sorot kamera yang telah mengangkat hidupnya….

2 komentar:

  1. Ya sabar mas Anto,semua kejadian pasti ada hikmahnya.

    BalasHapus
  2. Selalu menggingat yang kuasa, hidup jadi tenang...

    BalasHapus